Langsung ke konten utama

Postingan

Belajar Ikhlas

Selamat malam, diriku. Malam ini aku akan bercerita dan berkeluh kesah kepadamu. Semoga tulisan ini akan menghilangkan semua kesedihan dan mengajariku untuk menerima segala konsekuensi keputusan dengan ikhlas. Teruntuk diriku, terima kasih untuk selalu bekerja keras selama 23 tahun ini. Apa yang kamu harapkan dan kamu rencanakan selama ini memang berjalan lancar. Sesuai keinginan dan tidak ada kendala yang berarti. Aku tahu ketika kamu mempunyai keinginan pasti akan berusaha diwujudkan. Kamu memilih untuk lebih baik mencoba dan gagal daripada tidak mencoba sama sekali. Aku tahu hasil yang selalu baik tidak menjadi jaminanmu. Yang jelas kamu sudah bisa menuruti segala ambisi dalam pikiranmu. Semangatmu dan niatmu untuk memperoleh sesuatu itu memang luar biasa. Mengalahkan rasa malas dalam dirimu, menjadikan keinginan itu prioritas nomor satu. Kadang sampai lupa terhadap waktu istirahatmu. Yang ada hanya ingin mengerjakan dengan totalitas dan maksimal. Kamu
Postingan terbaru

Cerita Beasiswa Unggulan Kemendikbud 2019

Halo, selamat pagi. Sesuai permintaan dari teman - teman di instagram, aku akan sharing mengenai beasiswa unggulan Kemendikbud. Tenaaang, rileks, baca dengan santai yaaa, karena penjelasannya mungkin agak panjang hehe. Disclaimer : semua yang aku tulis disini based on my experience  yaa, jadi mungkin ceritanya berbeda dengan para awardee yang lainnya. Yang pertama alasanku mengapa memilih untuk daftar beasiswa unggulan diantara banyaknya beasiswa S2 yang lainnya seperti beasiswa LPDP, beasiswa tanoto, dll. Jadi, ini adalah pengalamanku daftar beasiswa yang pertama untuk kuliah S2. Sebelum mendaftar beasiswa, aku sudah menjalani proses perkuliahan semester 1 di Universitas Brawijaya jurusan Pengelolaan Sumberdaya Lingkungan dan Pembangunan (PSLP) atau biasanya disebut Ilmu Lingkungan. Nah, pada saat awal masuk perkuliahan, beasiswa unggulan baru buka pendaftaran. Baru terbesit dipikiranku untuk mencoba beasiswa ini, setelah itu aku baca - baca persyaratan di web beasiswa un

Dua Puluh Tiga

Tepat 23 tahun lalu, aku dilahirkan ke bumi. Dengan segala rasa syukur aku masih bisa merasakan nikmat dariMu, hingga detik ini. Perjalananku masih sangat singkat. Dan kontribusiku untuk negara belum banyak. Tapi aku ingin terus belajar dan bermanfaat untuk banyak orang. Aku mencoba memahami kehidupan. Hubungan timbal balik dengan lingkungan. Semua akan saling terkait dan mempengaruhi. Tinggal bagaimana kita menempatkan diri. Aku mendapat banyak ucapan, doa, dan kejutan. Yang paling spesial tentu dari orang tua, teman hidup, dan para sahabat. Terima kasih ya, sudah membuatku bahagia. Semoga doa baik kembali ke kalian juga. Terima kasih banyak sudah banyak mensupport apa yang ku lakukan. Dan menjadi gerbang terdepan saat aku ingin berhenti dan balik kanan. Tidak banyak harapan dan to do list yang aku tulis. Aku akan menjalani kehidupan seperti air yang mengalir, Namun bukan hanya mengalir tenang, Sesekali mungkin akan menampakkan derasnya, Agar segera sampai ke tujua

Menikmati Konsekuensi

Setelah menjalani perkuliahan selama 2 minggu, Aku baru tahu rasanya fokus pada dua hal, Yang memiliki tantangan berbeda. Kuliah sambil bekerja. Berangkat pagi, pulang malam. Ada tugas kuliah, ada lagi tugas di kerjaan. Aku berpikir, apakah aku bisa terus - terusan seperti ini? Apakah aku mampu? Mengurangi jatah tidur lebih banyak, Harus bisa membagi waktu secara detail. Awalnya memang tak mudah, Butuh proses, butuh penyesuaian. Dengan keadaan dan kondisi badan. Semangat ya tubuhku, Mulai sekarang kau akan bekerja lebih keras dari biasanya, Otak akan dituntut berpikir lebih banyak, Mata yang akan menatap buku dan layar monitor lebih lama, Kaki yang akan berjalan lebih jauh dan lebih cepat, Tangan yang akan menulis dan mengetik lebih banyak, Mengurangi jam nongkrong dan berpergian, Weekend untuk istirahat tidur panjang. Mari berteman dengan kegiatan multitasking. Inilah konsekuensi. Konsekuensi itu bukan hukuman. Konsekuensi perlu

Happy Birthday to You

Selamat pagi, kamu. Ku yakin kamu baru saja membuka mata. Gimana tidurmu semalam? Nyenyak kan? Atau sebelum tidur kamu sempat berpikir bahwa aku lupa hari ulang tahunmu? Tenang, aku hanya pura – pura lupa hehe. Coba duduk sebentar. Bayangkan aku sedang di depanmu. Aku cuma mau mengucapkan, Selamat tanggal 22 Juli, Mas. Selamat bertambah usia. Selamat bertambah tua. Semoga jiwamu tetap muda. Dua puluh lima tahun yang lalu, Kamu baru saja dilahirkan. Aku ingin berterimakasih pada Ibumu, Yang telah melahirkan kamu. Aku ingin berterimakasih pada Bapakmu, Yang telah mendidik kamu. Beberapa tahun yang lalu kita hanya sebatas teman, Jarang bertemu dan jarang bertegur sapa. Kita sibuk dengan urusan masing – masing, Hingga pada akhirnya kita saling dipertemukan. Dengan waktu yang tak pernah direncanakan. Terima kasih Tuhan. Engkau sudah mempertemukan. Terima kasih semesta. Teman hidupku selalu kau jaga. Memang hari kelahiran bukan

Jarak

Karena jarak, kita jadi terpisah.  Karena jarak, kita jadi jauh. Kadang aku benci jarak. Karena jarak, rindu semakin sunyi. Namun, dalam tulisan ini Aku ingin berterimakasih pada  jarak , Karenanya kita saling sabar merindu. Aku berterimakasih pada waktu, karenanya kita menghargai setiap pertemuan yang telah lama ditunggu . Malam ini aku menulis dengan perasaan campur aduk. Penuh emosional, haru, sedih, dan merasa ada yang hilang. Berat sekali rasanya. Jika di logika, tak akan pernah cukup 4 hari untuk menuntaskan rindu. Selama 4 hari bertemu, kami sangat merasa quality time. Rasanya dekat dan memiliki. Kami mengeluarkan segala pikiran dikepala, berbagi cerita, keluh kesah, dan berbagi motto hidup. Percakapan seperti inilah yang akan selalu membekas, karena ada 2 orang manusia yang sedang meleburkan ego masing – masing untuk menjadikan satu frekuensi.  Kami melakukan hal – hal selayaknya anak muda yang pacaran seperti makan bareng, jalan bareng, dan olahraga bare

Perjuangan Orang Tua

Tak cukup hanya selembar kertas untuk menceritakan perjuangan orang tua kita. Rasanya selalu haru ketika mengingat kebaikan mereka kepada anaknya. Memang benar kasihnya sepanjang masa. Ibu dan Bapak tidak bisa dibandingkan. Ibu adalah seseorang yang mencintai kamu sampai kamu menutup mata. Bapak adalah seseorang yang mencintai kamu tanpa ekspresi di wajahnya. Ibu menjaga kamu agar tidak jatuh, sedangkan bapak menjaga kamu untuk bangkit setelah terjatuh. Aku selalu terharu ketika diantarkan ke terminal, bersalaman dan ditunggu sampai bus yang aku tumpangi berangkat. Ditengah kesibukannya, bapak selalu menyempatkan untuk mengantarkanku. Ibu selalu menyiapkan oleh – oleh untuk ku bawa balik rantau. Rasanya sedih ketika ingat usia mereka sudah semakin tua, namun apa yang sudah aku berikan kepadanya? Aku jarang pulang ke rumah, hanya bertanya kabar melalui telepon dan whatsapp. Aku tahu bahwa Bapak dan Ibu sering merindukanku. Namun mereka jarang mengatakannya. Semakin kesini, bapak d