Langsung ke konten utama

Memaknai Perjalanan

Hidup ini seperti sebuah puzzle. Rasanya sama seperti berusaha menebak seluruh gambar, sementara kita hanya memiliki satu atau dua kepingan puzzle. 
Memang benar, pulang merupakan salah satu sarana terbaik untuk memotivasi diri. Memupuk semangat agar utuh kembali. Seberapa jauhpun kita berjalan, pulang akan tetap menjadi tujuan. Sampai saat ini dan kapanpun, bagi saya keluarga masih menjadi yang paling utama. 
Namun, ketika hidup di perantauan ini saya merasa harus mencari teman seperjuangan untuk memulai sebuah perjalanan. Mungkin kebanyakan kalian mengartikan bahwa sebuah perjalanan itu identik dengan main dan jalan – jalan ke tempat yang belum pernah kita kunjungi sebelumnya. Namun, bagi saya berbeda. Menurut saya, sebuah perjalanan itu dimulai ketika saya berani menjalani hal baru yang belum pernah saya lakukan sebelumnya. Bisa tentang pengalaman hidup ataupun belajar kegiatan sosial yang lainnya. Jadi, bukan selalu identik di tempat yang jauh. Bahkan jika kita peka dengan lingkungan sekitar, saat ini juga, detik ini juga kita bisa memulai perjalanan kita masing – masing hehe. 

Alhamdulillah, saya merasa sangat beruntung. Saya dikelilingi banyak teman yang selalu berafirmasi positif. Membuat saya semakin tergerak dan termotivassi untuk terus belajar memperbaiki diri. Pada perjalanan ini saya menemukan banyak orang yang selalu mensupport dan sejalan dengan saya. Saya ingin menceritakan sedikit tentang bagaimana hebatnya teman – teman yang saya kenal. Yang pertama, teman yang paling klop diajak membahas hal – hal yang berbau religius. Baru kali ini saya benar – benar merasakan ketagihan memperdalam ilmu agama. Semua pendapatnya sangat mudah saya pahami. Yang kedua, teman sehobi yaitu membaca. Dengan membaca dan banyak sharing dengan mereka, pikiran saya menjadi terbuka karena ternyata bukan hanya bacaan teenlit saja yang bisa bikin orang bahagia. Perlunya kita belajar sejarah, politik dan selalu update berita untuk menambah pengetahuan serta diksi kita saat berbicara.  Yang ketiga, teman main yang mengajari saya nomaden tanpa rencana. Sebenarnya sangat bertentangan dengan diri saya karena saya tidak suka hal yag mendadak. Dari sini saya belajar bahwa kadang hidup juga harus diselingi dengan kenekatan dan tanpa perencanan agar lebih menantang. Yang keempat adalah teman diskusi tentang kepemimpinan. Gila benar temanku yang satu ini. Dia sangat tertarik dengan hal yang berbau leadership. Saya banyak belajar bahwa terkadang seorang pemimpin itu lebih cenderung diam dan langsung memilih take action. Yang kelima adalah teman belajar kepenulisan. Banyak ide gila yang muncul ketika saya berdiskusi dengan orang yang satu ini. Dia selalu bisa membuat saya untuk berpikir out of the box. Dan yang tak lupa teman – teman yang sudah banyak membantu dalam hal diskusi materi perkuliahan. 

Jadi, pada intinya saya ingin mengeshare tulisan ini adalah seiring dengan bertambahnya usia kita, harusnya kita juga bisa semakin bijak untuk memilih teman. Mana teman yang bisa memberikan dampak positif untuk diri kita, dan mana teman yang menghambat potensi diri kita. Bukan bermaksud untuk pilih – pilih sesuai keadaan sosialnya, tapi memilih yang sejalan dengan tujuan hidup kita sehingga hidup kita tidak flat aja dan kita semakin banyak belajar hal baru dari mereka.
Ketika kita memutuskan untuk melakukan perjalanan baru, jangan lupa untuk “kosongkan gelas”. Bersiaplah untuk menerima hal – hal yang baru. Yang baik diambil, yang buruk ditinggalkan.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cerita Beasiswa Unggulan Kemendikbud 2019

Halo, selamat pagi. Sesuai permintaan dari teman - teman di instagram, aku akan sharing mengenai beasiswa unggulan Kemendikbud. Tenaaang, rileks, baca dengan santai yaaa, karena penjelasannya mungkin agak panjang hehe. Disclaimer : semua yang aku tulis disini based on my experience  yaa, jadi mungkin ceritanya berbeda dengan para awardee yang lainnya. Yang pertama alasanku mengapa memilih untuk daftar beasiswa unggulan diantara banyaknya beasiswa S2 yang lainnya seperti beasiswa LPDP, beasiswa tanoto, dll. Jadi, ini adalah pengalamanku daftar beasiswa yang pertama untuk kuliah S2. Sebelum mendaftar beasiswa, aku sudah menjalani proses perkuliahan semester 1 di Universitas Brawijaya jurusan Pengelolaan Sumberdaya Lingkungan dan Pembangunan (PSLP) atau biasanya disebut Ilmu Lingkungan. Nah, pada saat awal masuk perkuliahan, beasiswa unggulan baru buka pendaftaran. Baru terbesit dipikiranku untuk mencoba beasiswa ini, setelah itu aku baca - baca persyaratan di web beasisw...

Menikmati Konsekuensi

Setelah menjalani perkuliahan selama 2 minggu, Aku baru tahu rasanya fokus pada dua hal, Yang memiliki tantangan berbeda. Kuliah sambil bekerja. Berangkat pagi, pulang malam. Ada tugas kuliah, ada lagi tugas di kerjaan. Aku berpikir, apakah aku bisa terus - terusan seperti ini? Apakah aku mampu? Mengurangi jatah tidur lebih banyak, Harus bisa membagi waktu secara detail. Awalnya memang tak mudah, Butuh proses, butuh penyesuaian. Dengan keadaan dan kondisi badan. Semangat ya tubuhku, Mulai sekarang kau akan bekerja lebih keras dari biasanya, Otak akan dituntut berpikir lebih banyak, Mata yang akan menatap buku dan layar monitor lebih lama, Kaki yang akan berjalan lebih jauh dan lebih cepat, Tangan yang akan menulis dan mengetik lebih banyak, Mengurangi jam nongkrong dan berpergian, Weekend untuk istirahat tidur panjang. Mari berteman dengan kegiatan multitasking. Inilah konsekuensi. Konsekuensi itu bukan hukuman. Konsekuensi perlu ...

Setahun kerja : Mari memilih

Ditengah kegalauan ingin pindah kerja atau melanjutkan S2, akhirnya Maret akhir aku baru memutuskan untuk lanjut S2. Entah kenapa kalo ditanya alasannya, bagiku pendidikan sangat penting untuk masa depan. Entah akan berkarir atau menjadi ibu rumah tangga, seorang ibu harus mempunyai pendidikan yang baik agar kelak melahirkan generasi yang cerdas. Pendidikan bukanlah soal bersaing menjadi yang terbaik, bukan soal melebihi orang lain. Namun bagaimana menjadi lebih baik dari diri kita sebelumnya. Untuk kawan – kawanku yang lagi apply beasiswa S2, mari saling mendoakan. Semoga lolos beasiswa yang diinginkan. Jikapun tidak, semoga dimampukan, dilancarkan rezekinya untuk membayar uang kuliah sampai wisuda hehe. Tidak ada pilihan yang salah, pun tidak ada pilihan yang harus disesali. Tentunya dengan berunding dengan orang tua, aku mendaftar S2 dengan biaya pribadi, bukan beasiswa. Namun, aku berharap disemester awal semoga bisa lolos beasiswa. Sebenenrya ada plus minusnya, mendaftar beasisw...