Langsung ke konten utama

Menghabiskan ambisi?


Hai, selamat menikmati kemacetan Kota Malang.
Disepanjang jalan pulang dengan kecepatan 10 km/jam karena ada pembangunan proyek underpass, aku menghabiskan waktuku dengan memaknai kata “ambisi”. Setelah aku searching, ambisi adalah keinginan yang kuat untuk memperoleh keberhasilan dalam hidup dan dapat mencapai hal-hal besar yang diinginkan. Eits... tunggu dulu, ada banyak orang yang menyamakan antara ambisi dan obsesi. Sebenernya pengertiannya beda yaaa. Obsesi adalah ide, pikiran, imajinasi, atau emosi yang tidak terkendali dan sering datang tanpa dikehendaki atau tiba - tiba masuk dalam pikiran seseorang yang mengakibatkan rasa tertekan dan cemas.

Kebutuhan dan keinginan setiap orang itu berbeda, jadi ambisi setiap orang pasti tak sama. Tetapi bisa jadi salah satu ambisi kita sama dengan orang lain. Mungkin saja beda cara pencapaiannya atau waktunya. Ambisi akan berubah jadi obsesi jika tidak dikontrol dan tidak ada penyeimbang. Ibarat kendaraan pengennya melaju kencang tanpa hambatan, gas pol tanpa rem, biar cepet – cepet sampai ke tujuan. Siapa yang pernah merasakan tidak tercapai ambisinya? Tenang guys, banyak plan yang bisa kita jalankan.

Terkadang hanya ada satu yang dapat meruntuhkan ambisiku, yaitu saran dari orang tua. Mungkin orang tua mempunyai alasan yang sangat relevan untuk memberikan opsi lain kepada kita. Anyway, orang tualah yang paling mengerti anaknya. Beliau sudah pernah mengalami fase – fase kehidupan yang belum pernah kita lewati. Mungkin pilihan orang tua dan kita sering berbeda, disinilah komunikasi dan diskusi sangat diperlukan. Setiap keputusan yang telah diambil pasti ada konsekuensi tersendiri. Beberapa anak mungkin pernah merasakan harus mau mengalah, harus meninggalkan ego demi memenuhi saran dari orang tua. Beberapa mungkin malah orang tua yang harus mengalah demi tetap mempertahankan ambisi anaknya.

Untuk meraih ambisi, kita sering memaksakan diri. Jadi, ketika suatu keinginan tidak dicapai, kita akan merasa sangat kecewa. Punya ambisi sebenarnya boleh-boleh saja (bahkan wajib), tapi tidak perlu sampai terobsesi. Agar ambisi tidak berubah menjadi obsesi, mungkin ini ada beberapa tips yang bisa dilakukan.
  • Katakan, “saya sudah melakukan yang terbaik”. Setiap orang punya keterbatasan, dengan segala kelebihan dan kekurangan. Jika kita terlalu keras pada diri sendiri maka kita akan kecewa. Jadi, tak perlu memaksakan diri untuk jadi yang terbaik. Kita bisa mengatakan pada diri sendiri bahwa apa yang telah kita lakukan adalah yang terbaik. Mulailah berpikir positif tanpa membuat Kita over percaya diri. Memang ini tidak mudah. Namun ketika kita merasakan efek berpikir positif maka pikiran negatif perlahan akan pergi.
  • Jadilah Menyenangkan. Ingin ambisius, boleh saja. Namun, tetaplah menjadi sosok menyenangkan. Dengan begitu tercipta image yang selalu baik. Dan, yang terpenting jangan memaksakan diri meraih kesuksesan saat melihat orang lain sukses. Pelajari dan asah saja kemampuan yang kita miliki agar keberhasilan bisa kita raih. Jadi, berambisilah tanpa harus menjadi obsesif.
  • Kritik Diri Sendiri. Untuk mengontrol diri, kita memang mesti berpikir positif. Terkadang saat ambisi muncul, yang terpikir hanyalah jadi yang terbaik dalam segala hal, tanpa terpikir apakah hal itu baik atau tidak. Jika pikiran ini sudah muncul, saatnya kita bertanya dan kritik diri sendiri, benarkah langkah yang diambil? Jangan lupa untuk terbuka terhadap kritikan dan saran dari orang terdekat.
  • Berpikir Panjang. Biasanya orang obsesif tidak berpikir panjang. Mereka lebih banyak mengikuti kata hati. Jadi, matangkan rencana dengan sempurna dan bayangkan kesuksesan akan rencana tersebut. Pikirkan sesuatu hal yang kemungkinan akan terjadi. Saat rencana gagal, kita tidak akan kecewa. Satu hal yang perlu dipertahankan adalah terus bangkit dan buat rencana baru.


Finish what you start.
Bukan ambisi yang harus kita habiskan, tapi gimana caranya kita bisa memprioritaskan.
Dreamer

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cerita Beasiswa Unggulan Kemendikbud 2019

Halo, selamat pagi. Sesuai permintaan dari teman - teman di instagram, aku akan sharing mengenai beasiswa unggulan Kemendikbud. Tenaaang, rileks, baca dengan santai yaaa, karena penjelasannya mungkin agak panjang hehe. Disclaimer : semua yang aku tulis disini based on my experience  yaa, jadi mungkin ceritanya berbeda dengan para awardee yang lainnya. Yang pertama alasanku mengapa memilih untuk daftar beasiswa unggulan diantara banyaknya beasiswa S2 yang lainnya seperti beasiswa LPDP, beasiswa tanoto, dll. Jadi, ini adalah pengalamanku daftar beasiswa yang pertama untuk kuliah S2. Sebelum mendaftar beasiswa, aku sudah menjalani proses perkuliahan semester 1 di Universitas Brawijaya jurusan Pengelolaan Sumberdaya Lingkungan dan Pembangunan (PSLP) atau biasanya disebut Ilmu Lingkungan. Nah, pada saat awal masuk perkuliahan, beasiswa unggulan baru buka pendaftaran. Baru terbesit dipikiranku untuk mencoba beasiswa ini, setelah itu aku baca - baca persyaratan di web beasisw...

Menikmati Konsekuensi

Setelah menjalani perkuliahan selama 2 minggu, Aku baru tahu rasanya fokus pada dua hal, Yang memiliki tantangan berbeda. Kuliah sambil bekerja. Berangkat pagi, pulang malam. Ada tugas kuliah, ada lagi tugas di kerjaan. Aku berpikir, apakah aku bisa terus - terusan seperti ini? Apakah aku mampu? Mengurangi jatah tidur lebih banyak, Harus bisa membagi waktu secara detail. Awalnya memang tak mudah, Butuh proses, butuh penyesuaian. Dengan keadaan dan kondisi badan. Semangat ya tubuhku, Mulai sekarang kau akan bekerja lebih keras dari biasanya, Otak akan dituntut berpikir lebih banyak, Mata yang akan menatap buku dan layar monitor lebih lama, Kaki yang akan berjalan lebih jauh dan lebih cepat, Tangan yang akan menulis dan mengetik lebih banyak, Mengurangi jam nongkrong dan berpergian, Weekend untuk istirahat tidur panjang. Mari berteman dengan kegiatan multitasking. Inilah konsekuensi. Konsekuensi itu bukan hukuman. Konsekuensi perlu ...

Setahun kerja : Mari memilih

Ditengah kegalauan ingin pindah kerja atau melanjutkan S2, akhirnya Maret akhir aku baru memutuskan untuk lanjut S2. Entah kenapa kalo ditanya alasannya, bagiku pendidikan sangat penting untuk masa depan. Entah akan berkarir atau menjadi ibu rumah tangga, seorang ibu harus mempunyai pendidikan yang baik agar kelak melahirkan generasi yang cerdas. Pendidikan bukanlah soal bersaing menjadi yang terbaik, bukan soal melebihi orang lain. Namun bagaimana menjadi lebih baik dari diri kita sebelumnya. Untuk kawan – kawanku yang lagi apply beasiswa S2, mari saling mendoakan. Semoga lolos beasiswa yang diinginkan. Jikapun tidak, semoga dimampukan, dilancarkan rezekinya untuk membayar uang kuliah sampai wisuda hehe. Tidak ada pilihan yang salah, pun tidak ada pilihan yang harus disesali. Tentunya dengan berunding dengan orang tua, aku mendaftar S2 dengan biaya pribadi, bukan beasiswa. Namun, aku berharap disemester awal semoga bisa lolos beasiswa. Sebenenrya ada plus minusnya, mendaftar beasisw...