Tak cukup hanya selembar kertas untuk
menceritakan perjuangan orang tua kita. Rasanya selalu haru ketika mengingat
kebaikan mereka kepada anaknya. Memang benar kasihnya sepanjang masa. Ibu dan
Bapak tidak bisa dibandingkan. Ibu adalah seseorang yang mencintai kamu sampai
kamu menutup mata. Bapak adalah seseorang yang mencintai kamu tanpa ekspresi di
wajahnya. Ibu menjaga kamu agar tidak jatuh, sedangkan bapak menjaga kamu untuk
bangkit setelah terjatuh.
Aku selalu terharu ketika diantarkan
ke terminal, bersalaman dan ditunggu sampai bus yang aku tumpangi berangkat. Ditengah
kesibukannya, bapak selalu menyempatkan untuk mengantarkanku. Ibu selalu
menyiapkan oleh – oleh untuk ku bawa balik rantau. Rasanya sedih ketika ingat
usia mereka sudah semakin tua, namun apa yang sudah aku berikan kepadanya? Aku jarang
pulang ke rumah, hanya bertanya kabar melalui telepon dan whatsapp. Aku tahu
bahwa Bapak dan Ibu sering merindukanku. Namun mereka jarang mengatakannya. Semakin
kesini, bapak dan ibu jarang memberi kabar dahulu. Bukan mereka tak peduli,
namun takut mengganggu kerja anaknya.
Bapak, Ibu....
Kami sebagai anak tidak akan pernah merasa terganggu.
Terima kasih atas segala pengorbanan dan kasih sayang yang telah
engkau berikan selama ini.
Sebagai anak pertama aku tahu persis keluargaku ketika mengalami masa
susah sampai sekarang.
Dengan keadaan yang pas – pas an mereka selalu bisa memenuhi segala
kebutuhanku.
Aku tahu kerja keras seorang Bapak, panas dan hujan tetap dilalui
untuk mencari nafkah.
Aku tahu betapa pedulinya Ibu memastikan kecukupan gizi pada makananku
dan kesehatanku.
Aku ingat sekali kita dulu sering pindah rumah, untuk mandi pun harus
numpang di sumur orang.
Bapak selalu menggendong untuk memandikanku, ibu menyiapkan sarapanku,
dan aku berangkat sekolah dengan menggunakan sepeda pemberian saudaraku.
Aku tidak pernah sedih, aku bersyukur karena dari kecil sudah
diajarkan untuk mandiri.
Bapak selalu sabar dalam mendidik anak – anaknya, tidak pernah berkata
kasar, dan jarang sekali marah. Namun, bapak akan sangat marah ketika ada orang
lain yang membuat anaknya menangis.
Terkadang aku ragu dengan kemampuanku, namun bapak lah orang pertama
yang selalu menyakinkan bahwa aku bisa dan mampu melewati itu.
Ibu adalah sosok yang selalu bisa mengimbangi dan melengkapi Bapak. Terpaut
hampir 10 tahun perbedaan usia keduanya, aku sering diceritakan bagaimana
cerita cinta keduanya saat muda.
Mungkin saat aku diusia Ibu, aku belum tentu bisa menjalani kehidupan
berkeluarga seperti yang sudah Ibu lakukan. Ibuku sangat cerdas dan semangat
belajarnya akan hal baru sangat tinggi.
Ibu memang bukan wanita karir. Dari dulu ibu sebagai ibu rumah tangga.
Bersama ibu lah, aku belajar banyak hal di rumah. Terima kasih bu sudah menemaniku
dari kecil sampai sekarang. Terima kasih sudah mendidik anak – anakmu dengan
sangat baik, memperhatikan tumbuh kembang, dan memastikan budi pekerti dari
anakmu tidak menyakiti orang lain.
Diantara saudaranya, Ibu adalah wanita yang tabah dan sering mengalah.
Beliau yakin bahwa Allah tidak pernah tidur dan semua akan ada
balasannya.
Aku masih ingat dulu Ibu juga mengisi kegiatan di rumah dengan
berjualan es dan menerima pesanan roti. Aku pun tak pernah malu untuk
menitipkan es di kantin sekolah.
Sampai tiba saatnya kita bersama – sama bisa menikmati hasilnya dan
bisa melewati keadaan tersebut dengan sabar.
Memang semuanya butuh proses, tidak ada yang instan.
Yang terpenting
kita harus selalu berusaha dan berdoa.
Orang tua adalah motivasi terbesar dalam hidupku.
Untuk menjadi lebih baik dan selalu membanggakan.
Untuk tidak cepat mengeluh dengan keadaan yang tidak menyenangkan.
Untuk hidup hemat, selalu rendah hati, dan mampu beradaptasi dengan segala
keadaan.
Terima kasih Bapak dan Ibu, semoga aku bisa berbakti kepadamu.
Tulisan singkat ini ditulis ketika aku sedang balik ke kota rantau.
Di dalam bus sambil terharu,
Setelah hari raya idul fitri 1440 H.
Juni 2019
Komentar
Posting Komentar