Langsung ke konten utama

Belajar Ikhlas


Selamat malam, diriku.
Malam ini aku akan bercerita dan berkeluh kesah kepadamu. Semoga tulisan ini akan menghilangkan semua kesedihan dan mengajariku untuk menerima segala konsekuensi keputusan dengan ikhlas.
Teruntuk diriku, terima kasih untuk selalu bekerja keras selama 23 tahun ini.
Apa yang kamu harapkan dan kamu rencanakan selama ini memang berjalan lancar.
Sesuai keinginan dan tidak ada kendala yang berarti.
Aku tahu ketika kamu mempunyai keinginan pasti akan berusaha diwujudkan.
Kamu memilih untuk lebih baik mencoba dan gagal daripada tidak mencoba sama sekali.
Aku tahu hasil yang selalu baik tidak menjadi jaminanmu.
Yang jelas kamu sudah bisa menuruti segala ambisi dalam pikiranmu.
Semangatmu dan niatmu untuk memperoleh sesuatu itu memang luar biasa.
Mengalahkan rasa malas dalam dirimu, menjadikan keinginan itu prioritas nomor satu.
Kadang sampai lupa terhadap waktu istirahatmu.
Yang ada hanya ingin mengerjakan dengan totalitas dan maksimal.
Kamu memang tergolong pribadi yang tidak sabaran dengan proses.
Ingin segera menikmati hasil yang menyenangkan.
Sebagai manusia biasa, kadang kamu juga membandingkan hidupmu dengan orang lain.
Wajar saja jika kadang kamu risau ketika temanmu sudah sampai tahap  Z dan kamu merasa masih tetap di tahap A.
Kamu memang tidak boleh menjadi manusia yang cepat puas dengan satu pencapaian.
Tapi bukankah itu menjadikan kamu selalu merasa kurang?
Dan pada saatnya, kamu akan merasakan satu hal.
Pada waktunya apa yang kamu inginkan tidak bisa tercapai karena satu dan lain hal.
Bukannya kamu tidak mau berusaha lebih, tapi memang keadaan yang tidak memungkinkan untuk dipaksakan.
Mencari solusi terbaik, mengalahkan ego dan tidak merugikan orang lain memang sangat susah.
Malam ini kamu benar – benar harus belajar ikhlas, berlapang dada, dan berdamai dengan dirimu sendiri.
Aku tahu bahwa belajar ikhlas itu tidak mudah.
Rasanya seperti ketika kamu sudah sayang sama seseorang tapi tiba – tiba harus ninggalin.
Nyesek memang.
Semua keputusan pasti ada konsekuensinya masing – masing.
Mungkin saat ini memang keputusan itu konsekuensinya sedang berpihak kepadamu.
Jadi, kamu harus belajar menerima dan melakukan penyesuaian.
Agar kamu bisa menjadi pribadi yang kuat lagi ke depan.
Satu pelajaran hidup yang pasti adalah rasa ambisiusmu kadang membuatmu lupa bahwa semuanya sudah ada yang mengatur bukan?
Singkirkan sementara pepatah yang bilang bahwa kesempatan tidak datang dua kali.
Mungkin tahun ini belum menjadi kesempatan dan rezekimu.
Tapi yakinlah bahwa akan datang kesempatan yang tepat di waktu yang tepat.
Aku yakin kamu bisa melewatinya, pelan – pelan.
Aku yakin kamu mampu melewati fase ini dalam hidupmu.
Fokus dan selesaikan satu - satu apa yang sudah menjadi tanggung jawabmu.
Semangat para pejuang masa depan. Perbanyak bersyukur di semua keadaan.
For every pain that you feel in this world, there’s a reward for it in the next.

Dari aku yang tidak jadi mendaftar seleksi CPNS tahun 2019.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cerita Beasiswa Unggulan Kemendikbud 2019

Halo, selamat pagi. Sesuai permintaan dari teman - teman di instagram, aku akan sharing mengenai beasiswa unggulan Kemendikbud. Tenaaang, rileks, baca dengan santai yaaa, karena penjelasannya mungkin agak panjang hehe. Disclaimer : semua yang aku tulis disini based on my experience  yaa, jadi mungkin ceritanya berbeda dengan para awardee yang lainnya. Yang pertama alasanku mengapa memilih untuk daftar beasiswa unggulan diantara banyaknya beasiswa S2 yang lainnya seperti beasiswa LPDP, beasiswa tanoto, dll. Jadi, ini adalah pengalamanku daftar beasiswa yang pertama untuk kuliah S2. Sebelum mendaftar beasiswa, aku sudah menjalani proses perkuliahan semester 1 di Universitas Brawijaya jurusan Pengelolaan Sumberdaya Lingkungan dan Pembangunan (PSLP) atau biasanya disebut Ilmu Lingkungan. Nah, pada saat awal masuk perkuliahan, beasiswa unggulan baru buka pendaftaran. Baru terbesit dipikiranku untuk mencoba beasiswa ini, setelah itu aku baca - baca persyaratan di web beasisw...

Menikmati Konsekuensi

Setelah menjalani perkuliahan selama 2 minggu, Aku baru tahu rasanya fokus pada dua hal, Yang memiliki tantangan berbeda. Kuliah sambil bekerja. Berangkat pagi, pulang malam. Ada tugas kuliah, ada lagi tugas di kerjaan. Aku berpikir, apakah aku bisa terus - terusan seperti ini? Apakah aku mampu? Mengurangi jatah tidur lebih banyak, Harus bisa membagi waktu secara detail. Awalnya memang tak mudah, Butuh proses, butuh penyesuaian. Dengan keadaan dan kondisi badan. Semangat ya tubuhku, Mulai sekarang kau akan bekerja lebih keras dari biasanya, Otak akan dituntut berpikir lebih banyak, Mata yang akan menatap buku dan layar monitor lebih lama, Kaki yang akan berjalan lebih jauh dan lebih cepat, Tangan yang akan menulis dan mengetik lebih banyak, Mengurangi jam nongkrong dan berpergian, Weekend untuk istirahat tidur panjang. Mari berteman dengan kegiatan multitasking. Inilah konsekuensi. Konsekuensi itu bukan hukuman. Konsekuensi perlu ...

Teman Hidup

Untuk kamu yang sudah menunggu tulisanku. Hai, rasanya sekarang aku tiap hari ingin menyapamu. Sore ini cuacanya dingin, hujan lebat, dan aku sengaja pulang kantor telat. Kebetulan nanti malam adalah malam tahun baru 2019. Ada sesuatu yang besar dipikiran, aku harus segera mengambil keputusan. Kalo nggak sekarang, kapan lagi? Itulah beberapa kata yang terbesit dibenakku saat itu. Jauh sebelum sore itu, aku sudah mengalami kebimbangan. Apakah aku terus – terusan seperti ini? Kadang aku capek hidup sendiri, takut kalo gak ketemu orang yang tepat, tapi setelah aku lihat – lihat ternyata ada juga yang mendekat hehe. Akhirnya aku menemukanmu. Seseorang yang mungkin jawaban dari doa yang sudah aku panjatkan. Jawaban diantara kebimbangan. Jawaban diantara beberapa pilihan. Kalo ditanya apa alasannya, aku tak bisa menjawab dan menjelaskan. Pertanyaan ini susah kayak soal ujian :D Terima kasih banyak untuk kalian yang sudah pernah mendekat. Sudah banyak direpotkan, pernah mengajak jal...