Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Juli, 2019

Happy Birthday to You

Selamat pagi, kamu. Ku yakin kamu baru saja membuka mata. Gimana tidurmu semalam? Nyenyak kan? Atau sebelum tidur kamu sempat berpikir bahwa aku lupa hari ulang tahunmu? Tenang, aku hanya pura – pura lupa hehe. Coba duduk sebentar. Bayangkan aku sedang di depanmu. Aku cuma mau mengucapkan, Selamat tanggal 22 Juli, Mas. Selamat bertambah usia. Selamat bertambah tua. Semoga jiwamu tetap muda. Dua puluh lima tahun yang lalu, Kamu baru saja dilahirkan. Aku ingin berterimakasih pada Ibumu, Yang telah melahirkan kamu. Aku ingin berterimakasih pada Bapakmu, Yang telah mendidik kamu. Beberapa tahun yang lalu kita hanya sebatas teman, Jarang bertemu dan jarang bertegur sapa. Kita sibuk dengan urusan masing – masing, Hingga pada akhirnya kita saling dipertemukan. Dengan waktu yang tak pernah direncanakan. Terima kasih Tuhan. Engkau sudah mempertemukan. Terima kasih semesta. Teman hidupku selalu kau jaga. Memang hari kelahiran bukan

Jarak

Karena jarak, kita jadi terpisah.  Karena jarak, kita jadi jauh. Kadang aku benci jarak. Karena jarak, rindu semakin sunyi. Namun, dalam tulisan ini Aku ingin berterimakasih pada  jarak , Karenanya kita saling sabar merindu. Aku berterimakasih pada waktu, karenanya kita menghargai setiap pertemuan yang telah lama ditunggu . Malam ini aku menulis dengan perasaan campur aduk. Penuh emosional, haru, sedih, dan merasa ada yang hilang. Berat sekali rasanya. Jika di logika, tak akan pernah cukup 4 hari untuk menuntaskan rindu. Selama 4 hari bertemu, kami sangat merasa quality time. Rasanya dekat dan memiliki. Kami mengeluarkan segala pikiran dikepala, berbagi cerita, keluh kesah, dan berbagi motto hidup. Percakapan seperti inilah yang akan selalu membekas, karena ada 2 orang manusia yang sedang meleburkan ego masing – masing untuk menjadikan satu frekuensi.  Kami melakukan hal – hal selayaknya anak muda yang pacaran seperti makan bareng, jalan bareng, dan olahraga bare

Perjuangan Orang Tua

Tak cukup hanya selembar kertas untuk menceritakan perjuangan orang tua kita. Rasanya selalu haru ketika mengingat kebaikan mereka kepada anaknya. Memang benar kasihnya sepanjang masa. Ibu dan Bapak tidak bisa dibandingkan. Ibu adalah seseorang yang mencintai kamu sampai kamu menutup mata. Bapak adalah seseorang yang mencintai kamu tanpa ekspresi di wajahnya. Ibu menjaga kamu agar tidak jatuh, sedangkan bapak menjaga kamu untuk bangkit setelah terjatuh. Aku selalu terharu ketika diantarkan ke terminal, bersalaman dan ditunggu sampai bus yang aku tumpangi berangkat. Ditengah kesibukannya, bapak selalu menyempatkan untuk mengantarkanku. Ibu selalu menyiapkan oleh – oleh untuk ku bawa balik rantau. Rasanya sedih ketika ingat usia mereka sudah semakin tua, namun apa yang sudah aku berikan kepadanya? Aku jarang pulang ke rumah, hanya bertanya kabar melalui telepon dan whatsapp. Aku tahu bahwa Bapak dan Ibu sering merindukanku. Namun mereka jarang mengatakannya. Semakin kesini, bapak d

Baru Kali Ini

Tahun ini tahun politik. Dipertengahan Ramadhan bulan Mei, teman hidupku ditugaskan untuk ke Jakarta perihal pengamanan pemilu. Banyak hal yang terjadi di ibukota. Puncaknya terjadi tanggal 22 Mei 2019. Demo besar – besaran karena banyak yang tidak setuju dengan hasil pemilu. Aku tahu teman hidupku sedang berjuang disana. Menjalankan tugas sesuai hukum yang berlaku. Aku tak ingin membela dan menyalahkan pihak lain. Aku hanya berharap semoga kejadian ini cepat selesai, tidak ada korban jiwa, dan yang terpenting semoga teman hidupku selalu dalam lindunganNya. Saat itu rasanya kesabaran dan kepercayaan diuji jadi satu. Awalnya aku biasa saja, mencoba tidak panik setelah update berita di media. Kami tidak bisa saling berkabar melalui whatsapp karena saat itu memang sosial media lagi down untuk menghindari berita hoax menyebar. Saat waktu buka puasa tiba, kami berkabar melalui sms. Alhamdulillah kami bisa telpon sebentar dan tiba – tiba terdengar suara serangan massa kembali. Akhirnya te

Ramadhan Tahun Ini Terasa Berbeda

Alhamdulillah bertemu dengan bulan yang suci lagi yaitu Bulan Ramadhan. Tahun ini aku menjalani bulan ramadhan pertama di Kota Malang. Kotanya sejuk sehingga jarang sekali kita merasa haus saat puasa. Ramadhan disini sungguh sangat menyenangkan. Disepanjang jalan pulang ke kost, banyak sekali penjual takjil makanan dan minuman yang begitu beragam dan murah – murah. Tidak menjadi kesulitan anak kost untuk mencari makan saat berbuka dan sahur. Seperti ramadhan tahun lalu, aku selalu shalat tarawih dengan temen – temen kost. Ibu kost ku sekarang sangat perhatian, setiap sahur selalu dibuatkan teh hangat. Terima kasih, bu. Ada yang berbeda di ramadhan tahun ini. Aku menjalaninya denganmu, teman hidupku. Ya meskipun tetap jarak jauh. Kami saling membangunkan ketika sahur, bahkan sebelum sahur untuk sholat malam. Kami selalu bertanya sudah buka puasa atau belum dan pake menu apa. Sederhana sih tapi bikin berkesan. Momen ini yang akan selalu diingat ketika nanti sudah idul fitri. Tidak

Setahun kerja : Mari memilih

Ditengah kegalauan ingin pindah kerja atau melanjutkan S2, akhirnya Maret akhir aku baru memutuskan untuk lanjut S2. Entah kenapa kalo ditanya alasannya, bagiku pendidikan sangat penting untuk masa depan. Entah akan berkarir atau menjadi ibu rumah tangga, seorang ibu harus mempunyai pendidikan yang baik agar kelak melahirkan generasi yang cerdas. Pendidikan bukanlah soal bersaing menjadi yang terbaik, bukan soal melebihi orang lain. Namun bagaimana menjadi lebih baik dari diri kita sebelumnya. Untuk kawan – kawanku yang lagi apply beasiswa S2, mari saling mendoakan. Semoga lolos beasiswa yang diinginkan. Jikapun tidak, semoga dimampukan, dilancarkan rezekinya untuk membayar uang kuliah sampai wisuda hehe. Tidak ada pilihan yang salah, pun tidak ada pilihan yang harus disesali. Tentunya dengan berunding dengan orang tua, aku mendaftar S2 dengan biaya pribadi, bukan beasiswa. Namun, aku berharap disemester awal semoga bisa lolos beasiswa. Sebenenrya ada plus minusnya, mendaftar beasisw

Jangan Jadikan Kerja Sebagai Satu – Satunya Kesibukan, Mengapa?

Halo, sudah lama aku tidak menulis. Rencana untuk menulis hal ini   selalu tertunda. Hari ini aku akan sedikit cerita mengenai kegelisahan – kegelisahan yang mungkin aku dan temen – temenku rasakan. Yaitu sebuah pencapaian. Ku kira hanya aku yang berpikir bahwa hidupku rasanya kok stuck gini – gini aja yaa. Ternyata ada pula temenku yang merasakan hal yang sama. Dia curhat kepadaku tentang kebimbangan hidup, kerjaan dan pencapaian. Menurutku, ada beberapa pencapaian yang kadang tidak bisa ditargetin karena setiap orang prosesnya, kemampuannya, dan waktunya berbeda. Tapi setelah berpikir panjang kadang apa yang kita kerjakan sekarang adalah apa yang diinginkan oleh orang lain. Tak jarang kita merasa minder dengan sebuah pencapaian teman seusia kita. Hal itu wajar, sangaaaat wajar. Aku sering curhat hal seperti ini dengan teman hidupku. Untungnya dia selalu bisa membuatku tenang. Dia punya pemikiran yang jauuuuh lebih dewasa daripada aku. Aku salut cara dia menghadapi permasalahan hi

Menyatukan Visi

Tujuan jangka panjang setiap orang pasti berbeda. Tak mudah memang dengan waktu yang singkat menyatukan dua visi manusia yang sangat berbeda. Itulah pentingnya proses untuk saling mengenal dan memahami satu sama lain. Mungkin ketika keduanya sering ketemu akan mudah menyatukan visi mereka karena intensitas berbicara akan semakin sering. Namun, gimana dengan dua orang yang terpisah jarak sangat jauh? Yap. Aku dan teman hidupku menjalani Long Distance Relationship (LDR). Disini aku pengen sedikit cerita bagaimana kita tetap menjaga komunikasi yang baik meskipun jarak jauh dan intensitas ketemu mungkin setahun hanya dua kali :’) LDR itu kuncinya komunikasi. Seperti pasangan yang lain, kadang kita juga mengalami perbedaan pendapat. Awalnya aku sering mengabaikan sebuah kabar dan terlalu mengeneralisir semua perasaan. Ternyata tidak semua perasaan orang sama. Ternyata teman hidupku kadang mencemaskan keadaanku. Ternyata teman hidupku selalu menunggu kabarku sebelum tidur sedangka

Perjalanan Pulang Kampung

Siang ini aku izin untuk pulang kerja lebih awal yaitu pukul 12.00 WIB untuk pulang kampung ke Bojonegoro. Aku sengaja izin setengah hari agar sampai di rumah tidak tengah malam. Perjalanan dari Malang ke Bojonegoro sekitar 5 jam dengan bus. Itu pun jika jalan tidak macet dan langsung dapet bus. Namun, jika jalan macet dan harus menunggu lama untuk dapat bus maka akan semakin malam sampai rumah. Aku ingin sampai rumah tidak tengah malam karena tidak ingin merepotkan orang rumah untuk menjemput. Tapi ternyata takdir berkata lain. Panjang sekali perjalanan dihari itu. Diluar perkiraan, namun saya bersyukur karena tetap bisa bertemu dengan orang – orang baik. Dan lagi – lagi Allah memberikan reminder kepadaku melalui perjalanan ini. Dari Terminal Arjosari Malang ke Terminal Bungurasih Surabaya sangat lancar, ditempuh waktu 2 jam dengan bus patas. Setelah itu saya menuju ke bus Bojonegoro. Ternyata sudah sangat banyak orang yang menunggu bus arah Bojonegoro. Aku bertanya dengan orang