Langsung ke konten utama

Bersyukur dan Berbagi

Sebulan pindah di tempat baru.
Aku suka mengamati dan mengobrol  dengan banyak orang. Dari bahasan ringan hingga bahasan berat. Dari bahasan kerjaan hingga kehidupan. Aku memetik banyak pelajaran dari mereka, perihal rasa syukur yang luar biasa. 

Aku pikir semua orang menghubungkan rasa syukur itu dengan jumlah materi yang mereka terima. Ternyata tidak semuanya. Aku mendengarkan cerita - cerita dari mereka, cerita susahnya hidup mereka dan kemudian aku lihat pada keadaan hidupku yang sekarang. Dalam hati aku ingin mengucap syukur yang tiada hentinya atas segala nikmat yang banyak tidak aku sadari keberadaannya. Aku belajar banyak, bagaimana orang - orang ini bersyukur dengan berapapun materi yang diterimanya. Sudah merasa senang. Sudah merasa cukup. Tak pernah mengeluh kekurangan. Aku salut dengan pola pikirnya!

Rezeki yang Allah berikan itu banyaaaak, bukan hanya berupa materi. Diberikan kesehatan, dikelilingi orang - orang yang baik, bisa tertawa, tidak banyak masalah, juga merupakan sesuatu yang patut untuk disyukuri. Terkadang kita harus berkumpul dan mengobrol dengan banyak orang untuk tahu arti bersyukur versi mereka. Kalau hidupmu sudah enak tapi kamu masih sering mengeluh kekurangan, coba deh turunkan definisi bersyukur versimu. Lihatlah keadaan disekelilingmu, lebih pekalah terhadap lingkungan sekitarmu.

Coba tanya pada dirimu sendiri,
Apakah gaya hidupmu yang terlalu tinggi sehingga terus merasa tidak tercukupi?
Terkadang nikmat yang sudah kamu miliki ini tak terasa cepat pergi. Contohnya nikmat materi. Hanya sebatas mampir di rekening, dan tak jelas digunakan untuk apa tapi tiba - tiba habis sendiri.
Coba tanya pada dirimu sendiri,
Sudahkah kamu berbagi bulan ini?
Nikmat yang kita terima harus dibagi agar terus bertambah lagi.
Kalaupun kamu belum bisa berbagi materi, mungkin kamu bisa berbagi hal yang lain lagi.
Contohnya berbagi cerita inspirasi.
Barangkali ceritamu akan memotivasi atau menyadarkan orang lain.
Seperti cerita bapak - bapak pekerja kepadaku saat ini.

Di tempat kerjaku ini banyak sekali pekerja yang usianya sudah lanjut. Orang - orang inilah yang sudah merasakan asam garamnya kehidupan. Bagiku anak rantau yang masih seumur jagung di dunia kerja ini, sangat banyak nilai kehidupan yang bisa diambil dari mereka. Bagaimana bijaknya mereka menikmati hidup dan tak banyak mengeluh. Aku sadar ternyata setiap pertemuan selalu ada alasan. Entah mengajarkan tentang kehidupan atau hal - hal menantang lainnya. Dan lebih parahnya, kita baru mengetahui makna dari pertemuan itu diakhir pertemuan yang berarti diawal perpisahan. Awalnya aku sedih dengan perpisahan, tapi ternyata perpisahan inilah yang mengantarkanku bertemu dengan orang - orang yang menginspirasiku.

Terima kasih perpisahan,
Karenamu aku bisa memulai pertemuan.
Dan bisa mengosongkan gelasku ketika bertemu orang baru.
Memang benar,
Allah tidak pernah bermain dadu dengan siapa kita bertemu.

Mari mengobrol denganku!




Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cerita Beasiswa Unggulan Kemendikbud 2019

Halo, selamat pagi. Sesuai permintaan dari teman - teman di instagram, aku akan sharing mengenai beasiswa unggulan Kemendikbud. Tenaaang, rileks, baca dengan santai yaaa, karena penjelasannya mungkin agak panjang hehe. Disclaimer : semua yang aku tulis disini based on my experience  yaa, jadi mungkin ceritanya berbeda dengan para awardee yang lainnya. Yang pertama alasanku mengapa memilih untuk daftar beasiswa unggulan diantara banyaknya beasiswa S2 yang lainnya seperti beasiswa LPDP, beasiswa tanoto, dll. Jadi, ini adalah pengalamanku daftar beasiswa yang pertama untuk kuliah S2. Sebelum mendaftar beasiswa, aku sudah menjalani proses perkuliahan semester 1 di Universitas Brawijaya jurusan Pengelolaan Sumberdaya Lingkungan dan Pembangunan (PSLP) atau biasanya disebut Ilmu Lingkungan. Nah, pada saat awal masuk perkuliahan, beasiswa unggulan baru buka pendaftaran. Baru terbesit dipikiranku untuk mencoba beasiswa ini, setelah itu aku baca - baca persyaratan di web beasiswa un

Belajar Ikhlas

Selamat malam, diriku. Malam ini aku akan bercerita dan berkeluh kesah kepadamu. Semoga tulisan ini akan menghilangkan semua kesedihan dan mengajariku untuk menerima segala konsekuensi keputusan dengan ikhlas. Teruntuk diriku, terima kasih untuk selalu bekerja keras selama 23 tahun ini. Apa yang kamu harapkan dan kamu rencanakan selama ini memang berjalan lancar. Sesuai keinginan dan tidak ada kendala yang berarti. Aku tahu ketika kamu mempunyai keinginan pasti akan berusaha diwujudkan. Kamu memilih untuk lebih baik mencoba dan gagal daripada tidak mencoba sama sekali. Aku tahu hasil yang selalu baik tidak menjadi jaminanmu. Yang jelas kamu sudah bisa menuruti segala ambisi dalam pikiranmu. Semangatmu dan niatmu untuk memperoleh sesuatu itu memang luar biasa. Mengalahkan rasa malas dalam dirimu, menjadikan keinginan itu prioritas nomor satu. Kadang sampai lupa terhadap waktu istirahatmu. Yang ada hanya ingin mengerjakan dengan totalitas dan maksimal. Kamu

Dua Puluh Tiga

Tepat 23 tahun lalu, aku dilahirkan ke bumi. Dengan segala rasa syukur aku masih bisa merasakan nikmat dariMu, hingga detik ini. Perjalananku masih sangat singkat. Dan kontribusiku untuk negara belum banyak. Tapi aku ingin terus belajar dan bermanfaat untuk banyak orang. Aku mencoba memahami kehidupan. Hubungan timbal balik dengan lingkungan. Semua akan saling terkait dan mempengaruhi. Tinggal bagaimana kita menempatkan diri. Aku mendapat banyak ucapan, doa, dan kejutan. Yang paling spesial tentu dari orang tua, teman hidup, dan para sahabat. Terima kasih ya, sudah membuatku bahagia. Semoga doa baik kembali ke kalian juga. Terima kasih banyak sudah banyak mensupport apa yang ku lakukan. Dan menjadi gerbang terdepan saat aku ingin berhenti dan balik kanan. Tidak banyak harapan dan to do list yang aku tulis. Aku akan menjalani kehidupan seperti air yang mengalir, Namun bukan hanya mengalir tenang, Sesekali mungkin akan menampakkan derasnya, Agar segera sampai ke tujua